Definition of IQ (Intelligence Quotient) is how intelligent a person, whereas the definition of EQ (Emotional Quotient) is how well a person use the intelligence he had.
|
out of the room, while the second group of researchers wait again.
Then the results of grouping children and the researchers recorded the children waiting
it grows up into the high school age.
Apparently there are significant differences between the two groups of children
it. Group 2 children who receive a marshmallow fruit has the ability
better adaptation, more popular, adventurous, confident and
independent than the first group. While the first group of children
more aloof, easily frustrated, stubborn, does not bear stress,
shy and avoid challenges.
it. Group 2 children who receive a marshmallow fruit has the ability
better adaptation, more popular, adventurous, confident and
independent than the first group. While the first group of children
more aloof, easily frustrated, stubborn, does not bear stress,
shy and avoid challenges.
When the two groups took the aptitude tests related to the lesson
academic school, the second group can survive, get better value
210 points greater than the first group (test scores ranged from
the lowest 200 points to 800 points with the highest, with average
500 points for all students).
academic school, the second group can survive, get better value
210 points greater than the first group (test scores ranged from
the lowest 200 points to 800 points with the highest, with average
500 points for all students).
Have you ever asked how a child who is the brightest in a classroom
koq can not have a successful end? Or, why some people managed to survive in the face of major trauma while others do not?
This may result because of differences in EQ from someone.
EQ is not the opposite of IQ, and obviously everyone is expecting
for granted the ability both large enough. However, there is little
doubt that people with less EQ levels sufficient to meet
difficulty to survive in life.
for granted the ability both large enough. However, there is little
doubt that people with less EQ levels sufficient to meet
difficulty to survive in life.
For five generations, the researchers continue to discuss whether the possible
improve one's IQ? Genetically answer is no. But when
brain power researchers (brainpower) are still arguing about this, the
social science researchers concluded that the possibility of improving one's EQ, and
specifically, the skills a person, such as: empathy, flexible.
improve one's IQ? Genetically answer is no. But when
brain power researchers (brainpower) are still arguing about this, the
social science researchers concluded that the possibility of improving one's EQ, and
specifically, the skills a person, such as: empathy, flexible.
Social experts continually emphasize situations where experience has
changing one's EQ. For example, research indicates that education
that when students are introduced to the child's normal age but flawed, they
incoming category First Group can enhance the ability of empathy
changing one's EQ. For example, research indicates that education
that when students are introduced to the child's normal age but flawed, they
incoming category First Group can enhance the ability of empathy
Furthermore, if introduced to students who have behavior 'recalcitrant' in an age class, the Second Group category will increase ability. Even more rapid progress occurs also in the group of children who have behavior 'tough' it.
|
Among us who can survive and thrive in the world ahead of This complex not only those who are most able to adapt, but also the The most optimistic and it seems to have their most EQ high. in indonesia Definisi IQ (Intelligence Quotient) adalah seberapa cerdas seseorang, sedangkan definisi EQ (Emotional Quotient) adalah seberapa baik seseorang mempergunakan kecerdasan yang dimilikinya. Peter Salovey, seorang psikolog Yale dan pencetus istilah EQ menyatakan bahwa IQ menyebabkan seseorang mendapat suatu pekerjaan, sedangkan EQ menyebabkan seseorang mendapatkan promosi dalam pekerjaan itu. Beliau juga menyarankan pentingnya mendefinisikan, dalam dunia kita yang kompleks, apa artinya menjadi cerdas. Singkatnya, ketika seseorang akan “memprediksi sukses yang akan datang”, kekuatan otak sebagaimana diukur oleh IQ dan achievement test, sesungguhnya lebih kecil dibanding karakter, atau EQ-nya. Salovey menunjukkan sebuah tes sederhana dimana anak-anak berusia 4 tahun diundang masuk kedalam suatu ruangan dan diberi instruksi sbb: “Siapa yang mau 1 buah permen marshmallow sekarang ini bisa langsung mendapatkannya; tapi jika ada yang mau menunggu boleh mendapat 2 buah setelah saya kembali nanti.” Kemudian, si peneliti itu meninggalkan ruangan tersebut. Kelompok anak pertama seketika itu juga mengambil marshmallow saat peneliti keluar ruangan, sementara kelompok yang kedua menunggu peneliti kembali. Kemudian hasil pengelompokan anak dicatat dan para peneliti menunggu anak-anak tersebut tumbuh berkembang sampai memasuki usia sekolah lanjutan. Rupanya terjadi perbedaan yang berarti di antara kedua kelompok anak tersebut. Kelompok anak yang memperoleh 2 buah marshmallow memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik, lebih populer, berjiwa petualang, percaya diri dan mandiri ketimbang kelompok yang pertama. Sedangkan kelompok anak yang pertama lebih bersifat menyendiri, mudah frustasi, keras kepala, tidak tahan stres, pemalu dan menghindari tantangan. Ketika kedua kelompok mengambil tes bakat yang berhubungan dengan pelajaran akademik sekolah, kelompok kedua yang mampu bertahan, mendapat nilai lebih besar 210 poin ketimbang kelompok yang pertama (nilai tes bervariasi mulai dari yang terendah 200 poin sampai dengan tertinggi 800 poin, dengan angka rata-rata 500 poin untuk seluruh murid). Pernahkah Anda bertanya bagaimana seorang anak yang tercerdas di suatu kelas koq bisa tidak mengalami suatu akhir yang sukses? Atau, mengapa ada orang yang berhasil bertahan saat menghadapi trauma besar sementara yang lainnya tidak? Mungkin ini diakibatkan oleh karena perbedaan EQ dari seseorang. EQ bukan merupakan lawan dari IQ, dan jelas setiap orang sangat mengharapkan untuk dianugrahi kemampuan keduanya yang cukup besar. Namun, ada sedikit keraguan bahwa orang dengan tingkat EQ yang kurang mencukupi akan menemui kesulitan dalam bertahan dalam kehidupannya. Selama lima generasi, para peneliti terus berdiskusi apakah memungkinkan meningkatkan IQ seseorang? Secara genetis jawabnya adalah Tidak. Tapi ketika para peneliti kekuatan otak (brainpower) masih berdebat mengenai hal ini, para peneliti ilmu sosial menyimpulkan kemungkinan peningkatan EQ seseorang, dan secara khusus, keterampilan seseorang, seperti misalnya: empati, luwes, Para ahli sosial secara kontinyu menekankan situasi di mana pengalaman telah mengubah EQ seseorang. Contohnya, peneliti bidang pendidikan mengindikasikan bahwa ketika murid normal diperkenalkan dengan anak seusia tapi cacat, mereka yang masuk kategori Kelompok Pertama dapat meningkatkan kemampuan empati Selanjutnya, jika diperkenalkan dengan murid yang memiliki perilaku 'bandel' dalam sebuah kelas seusia, kategori Kelompok Kedua akan meningkatkan kemampuannya. Kemajuan lebih pesat malah terjadi juga dalam kelompok anak yang memiliki perilaku 'bandel' tersebut. Ahli sosial menyimpulkan bahwa penelitian EQ barangkali sangat cocok dilakukan pada orang-orang yang dikategorikan sebagai pesimistis dan optimistis. Orang yang optimis memiliki EQ yang tinggi dan melihat kendala merupakan hal yang minor, sebaliknya berlaku juga bagi kelompok pesimistis dengan EQ rendah. Dalam lingkaran penelitian sosial, EQ tinggi menunjukkan kemampuan seseorang untuk bertahan, dan di sini mungkin terjadi persilangan di antara EQ, IQ, genetika dan lingkungan. Mengutip kata-kata Charles Darwin: ”The biggest, the smartest, and the strongest are not the survivors. Rather, the survivors are the most adaptable.” Di antara kita yang bisa bertahan dan maju berkembang dalam dunia yang kompleks ini bukan hanya mereka yang paling bisa beradaptasi, namun juga yang paling optimistik dan ini sepertinya adalah mereka yang paling memiliki EQ tinggi. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar