Rabu, 04 November 2009

evolusi manusia

Dalam tahun 1898 seorang dokter belanda, Eugene Du Bois medapatkan sekelompok tengkorak atas, rahang bawa dan sebuah tulang paha. Tengkorak atas seolah-olah sebuah tengkorak seekor kera besar . isi otaknya jauh lebih besar bila dibandingkan dengan jenis kera manapun tetapi jauh lebih kecil dari otak manusia. Du Bois memberikan nama Pithecanthropus Erectus (manusia kera yang berjalan tegak) dan menganggap contoh dari nene moyang manusia zaman sekarang.
Seorang ahli geologi jerman bernama G.H.R. von konigswald dan teuku Jacob pada tahun 1931 dan 1934 menemukan 14 fosil dan 12 tengkorak di lapisan pleistosen tengah yang umurnya diperkirakan 800.000 tahun dan menyebutnya Pithecanthropus Soloensis
Pada tahun 1936 para ahli juga menemukan fosil-fosil di bagian Lower Pleistocene beumur kira-kira 2.000.000 tahun dan para ahli menyebutnya pithecanthropus majakertensis dan pada tahun 1941 G.H.R von menemukan fosil yang luar biasa besar dan diberi nama meganthropous paleojavanicus yang umurnya sama dengan pithecanthropus majakertensis.
Fosil-fosil itu tidak pernah ditemukan bersama dengan bekas alat-alat yang menunjukan bahwa mahkluk tersebut sudah berkebudayaan. Mahluk yang telah mempunyai kebudayaan itulah yang baru dapat disebut mahluk manusia secara penuh.
Pada zaman holosen fosil homo sapiens meninggalkan bekas-bekas kebudayaan dan mulai menunjukan perbedaan ras.
Ada 4 perbedaan ras pokok pada homo sapiens yaitu:
Ras australoid
(terdapat d benua Australia)
Ras mongoloid
(ras yang paling besar jumlahnya)
Ras kaukasoid
(tersebar di eropa, afrika sebelah utara, asia barat daya dan amerika)
Ras negroid
(tersebar di benua afrika bagian selatan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar